Blogger Widgets

Selasa, 14 Februari 2012

Second Life

This story based on the email that I send to Men's Health in September 2011. The editor reply my email and call me to asking something about it in October 2011. I don't know he'll show it on magazine or not, but, let's move on (Me, October 2011)



He show it! Yeah! One full page! but oh my God, I'm not really happy about it. I don't know, I can't see that page more than 20 second. Everytime I saw that it just... "Urgh!". But I'm happy that my parent happy, but for somehow reason I think I'll not doing it again. I even can't thinking about it. (Me, November 2011)

Me at 45 kg and 59 kg, now I'm 62 kg. :p


Saya seorang mahasiswa filsafat Universitas Indonesia, saya lahir pada tanggal 13 September 1990. Berat badan saya februari 2011 lalu adalah 45 kg dengan tinggi 170 cm. Semenjak SMA, saya aktif dalam beberapa kegiatan yang berbau fisik seperti paskibra misalnya, hanya saja bagian saya nyaris selalu ditempatkan di bagian dokumentasi dan segala hal yang berbau otak, saya ingin sekali banyak berpartisipasi dalam beberapa kegiatan fisik, tapi tentu saja penampilan saya yang sangat kurus membuat saya dan orang lain tidak yakin saya dapat melakukan hal itu, ironisnya lagi pelajaran olahraga merupakan bidang terlemah yang paling saya kuasai karena saya juga tidak suka olahraga. Pernah saya pada saat liburan SMA berlatih keras untuk lomba paskibra, tapi saat dua minggu sebelum lomba, saya dikeluarkan dari pasukan karena memang beresiko besar memasukan orang seperti saya mengingat penampilan seorang pasukan harus gagah dan proporsional. Saya pernah mencoba untuk menggemukan diri, dengan jamu dan obat, cara itu benar-benar gagal total, mengingat efek yoyo yang terjadi juga pada saya. Paman saya juga pernah menyarankan saya untuk ke gym, “tapi apa gunanya ke gym kalau saya masih sulit untuk memiliki nafsu makan yang banyak” pikir saya, apalagi waktu itu saya selalu berpikiran bahwa gym adalah tempat untuk orang-orang berotot dimana itu bukan tempat untuk saya, belum lagi dasas-desus dari teman-teman saya bahwa orang-orang disana adalah tipikal orang yang mementingkan kesehatan fisik saja, benar-benar bukan tempat yang bisa saya sukai.
Pada tahun 2011, saya merupakan penggemar berat acara biggest loser asia, saya sering menonton rekamannya di youtube. Saya tidak tahu kalau fitness dapat merubah orang sampai bisa ke tahap seperti itu, dan tentu saja langkah pertama yang mereka ambil untuk tidak malu ikut fitness dalam kondisi badan seperti itu sungguh menginspirasi saya, sehingga saya memutuskan untuk menaikan berat badan. Saat saya dalam proses menaikan berat badan, saya hanya memakai prinsip memasukan kalori sebanyak-banyaknya ke dalam tubuh saya. Saya ingin mencoba fitness tapi saya selalu teringat tanggapan-tanggapan negatif yang diberikan teman-teman saya tentang Gym mengenai komunitas dan sifat-sifat orang yang berada di sana sehingga setidak-tidaknya saya menunggu agar berat badan saya naik dahulu. Makanan yang saya konsumsi waktu itu kebanyakan daging penuh lemak, tidak peduli apakah makanan itu digoreng dalam wajan penuh minyak, ataupun makanan bergula kualitas rendah seperti es-krim dan coklat.

Setelah berat saya 55 kg, saya memberanikan diri mendaftarkan di fitness first Cibubur Junction pada bulan April, selain memiliki masalah underweight ternyata kerangka tulang saya juga bungkuk dan miring disebabkan sering memakai tas yang berat sebelah mengingat saya sering sekali membawa buku-buku berat ke kampus, persentase lemak saya juga mengerikan sekali, padahal berat badan saya juga rendah seperti itu. Di Gym saya mencoba untuk menyewa seorang personal trainer dan mulai berlatih, ternyata Gym serta komunitas disana benar-benar di luar dugaan saya. Banyak sekali orang-orang baik yang membantu saya dengan sukarela di Gym. Saya mencoba memfokuskan diri untuk menambah massa otot dan juga memperbaiki keseimbangan dan fleksibilitas saya yang awalnya parah sekali, tapi saya belum sempat mengatur nutrisi yang saya asup sehingga kompisisi tubuh saya juga masih berantakan walaupun memang sudah jauh lebih baik.
Saya sempat berhenti ke gym selama tiga mingguan pada sekitar bulan Juli karena saya mengambil course di Australia dengan tinggal disana secara homestay (tinggal dirumah seorang keluarga). Saya tidak begitu banyak berlatih, tapi saya berusaha melakukan latihan-latihan sederhana tanpa alat seperti push-up, squat, lunge, dll, saya juga suka membeli Men’s Health edisi sana untuk menambah latihan-latihan yang bisa saya lakukan dan menambah pengetahuan nutrisi yang bisa saya atur. Disana jadwal makan saya benar-benar diatur, mereka biasa makan dengan porsi luar biasa besar dan waktu yang tepat, tidak heran orang-orang disana memiliki fisik yang besar-besar juga. Makanan-makanan yang mereka konsumsi juga merupakan produk-produk low-fat, semuanya benar-benar low-fat, mulai dari margarin, susu, bahkan coklat (saya ingat sekali ketika saya mencari oleh-oleh coklat untuk keluarga saya, saya tidak bisa menemukan coklat tanpa tulisan low fat atau slogan-slogan kesehatan dibungkusnya). Disana lingkar pinggang saya turun 2 nomor, saya sempat panik karena ukuran celana saya 33, dan itu semua celana baru mengingat perubahan drastis pada tubuh saya belakangan ini. DI lain hal, saya juga senang karena saya tahu banyak lemak saya yang hilang di perut saya karena tubuh saya senang sekali menyimpan lemak disana.

Setelah saya pulang ke Indonesia , tantangan bulan puasa datang. Mengingat latihan keras di Gym sama sekali bukan apa-apa untuk saya, akan tetapi pengaturan pola makan benar-benar berhasil menyiksa saya. Masalah yang terjadi pada kebanyakan orang kurus seperti saya adalah tidak adanya nafsu makan yang datang secara teratur, dan puasa membuat nafsu makan saya hanya terletak di saat berbuka saja. Saya biasa latihan di malam hari pada saat bulan puasa dan tetap mengusahakan agar kuantitas jadwal makan saya sama dengan orang biasa pada hari yang normal, yaitu tiga kali sehari dan itu sulit sekali. Oktober ini berat saya 59 kg dengan persentase lemak 15% , fokus saya adalah menurunkan persentase lemak hingga sekecil mungkin untuk meningkatkan metabolisme tubuh saya agar ia membakar lemak pada saat saya istirahat dan mempelajari teknik dan teori fitnes sebanyak mungkin karena saya sempat mengalami masa-masa dengan hasil tidak memuaskan karena overtraining, salah asupan nutrisi, dan kurang istirahat (karena saya terbiasa tidur tengah malam). Belakangan ini, selain persepsi saya mengenai pola hidup sehat menjadi jauh lebih baik, kerangka tulang saya juga terperbaiki penyakit asma saya juga hilang. Di kedepannya, saya ingin mengikuti pelatihan personal trainer sehingga saya bisa membuka peluang sebesar-besarnya untuk menjadi orang seberguna Dave Nuku (trainer tim biru, ia juga pernah mengalami hal yang sama seperti saya “underweight” )untuk mengajarkan orang untuk memulai pola hidup sehat seperti yang ia lakukan di acara Biggest Loser Asia.


2 komentar:

  1. That's why I believe in learning. Sometimes we learn from something that we never predict before. Look, you could change your mind, your life, through learning. And you did it! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you sis! :D. I hope our "Dr. Secret" is as successful as this too. :D

      Hapus