Blogger Widgets

Sabtu, 03 Maret 2012

Anin

Sudah satu bulan sepupunya sepupuku yang dari New Zealand datang kesini. Aku berteman akrab dengannya (setidaknya dari email). Email-emailnya untukku panjang sekali, dan dia suka mengoreksi bahasa Inggrisku yang payah. Disana aku suka bertanya-tanya mengenai keadaan negaranya, karena aku berencana (mungkin) untuk bekerja disana setelah lulus nanti. Dia boring dengan negaranya, dengan alasan yang sama seperti aku boring dengan kampusku.
Alasannya adalah mereka baik, sangat baik, hanya saja kami tidak cocok dengan mereka, entah mengapa bisa begitu.

Anin ini adalah seorang adventurer, berbeda denganku yang seorang anak rumahan. Dia suka pergi ke tempat2 yang tidak pasti, sedangakan aku hanya suka pergi ke tempat yang pasti2. Setelah lulus nanti, dia ingin keluar dari negaranya dan kembali ke negara sebelumnya dimana ia menjalani masa SMAnya, Australia. Semua teman2nya ada disana, dan dia juga ingin bekerja disana, di kota yang ramai (Sydney tentunya, bukan Perth), berbeda dengan NZ yang seperti kota mati baginya (aku tahu itu hanya "baginya", kenyataannya dia juga agak merasa bersalah soal argumennya itu).

Di email, kami benar2 membicarakan tentang masa depan, tujuan, kehidupan, dan juga lingkungan2 negara yang pernah kami kunjungi. Dia juga bisa membaca dalam emailku, bahwa aku tidak benar-benar menyukai fitness, well... aku suka dengan exercisenya, tapi aku tidak begitu suka mempelajarinya. Dia juga memandang bahwa sebagian dari alasan aku fitnes adalah untuk melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan untuk dipikirkan, atau membuatku depresi, istilah gampangnya. Tapi apa lagi yang kupunya? Aku bertekad untuk menjalani hal ini dulu dan membangun cita2 dengannya. Mungkin aku bisa saja berpikir bahwa aku bisa ikut kompetisi2 dari fitnes ini, kau tau, seperti L-Men of the year dan sebagainya itu, tapi hanya membayangkannya saja membuatku takut. Itulah kenapa aku untuk sementara memilih fokus untuk bertujuan menjadi trainer dulu untuk karier masa depanku, selain karena aku cukup suka mengajar aku juga terinspirasi oleh acara The Biggest Loser Asia.

Berbeda denganku, walaupun mbak Anin (usia kami sama, tapi orang tuanya lebih tua dari orang tuaku, tradisi jawa) tidak memiliki lingkungan dengan teman2 yang dia inginkan seperti aku, dia sudah mengetahui dan menjalani passion dari hidupnya. Design adalah sesuatu yang ingin dia kerjakan dalam hidupnya, dia bisa melihat bidang itu ada di masa depannya dan ia bisa mengerjakannya dengan bahagia. Aku juga ingin seperti itu, setidaknya mengetahuinya dulu saja, urusan menjalaninya itu belakangan.

Kadang2 aku berpikir bahwa aku sangat tidak bersyukur karena banyak mengeluh di dalam hati. Hanya saja ya begitu, aku ingin sekali hatiku gembira dan bersyukur, tapi rasanya palsu sekali. Ketika aku berusaha melihat orang yang berada di bawahku aku malah merasa sepeti orang sombong dan tidak menghargai kehidupan orang2 yang berada di bawahku tersebut, tak pernah benar2 ada orang yang ingin dikasihani untuk hal2 semacam itu.

Selain itu aku juga bertanya padanya mengenai lingkungan disana. Dari pendapatnya, aku merasa New Zealand adalah tempat yang lebih cocok untukku daripada Australia dan negara2 lainnya. Walaupun aku punya ketertarikan dengan Malaysia, hanya karena aku pernah transit sekali disana dan melihat twilight yang indah dan lama sekali, seperti kota yang ada didalam impianku, tapi entahlah...

Aku juga bertanya mengenai pendapat para Kiwi mengenai orang Asia (dia (Anin) chinese). Dia bilang biasa2 saja, mengingat penduduk New Zealand juga campuran berbagai ras. Aku jadi ingat waktu aku homestay di Australia dan cukup kaget bahwa ini pertama kalinya homestay parentku berani menerima orang muslim dari puluhan anak yang pernah tinggal di rumahnya (mudah menebak agamaku dari wajahku, beberapa orang di negaraku sendiri mengira aku punya darah arab, padahal tidak sama sekali), aku tidak begitu menanyakan alasannya mengingat sepertinya aku tahu apa jawabannya.

Mengenai rencana hidup di New Zealand itu, dia menyarankan aku untuk mengambil kuliah dulu disana, kuliah apa saja, agar mudah untukku menjadi permanent residence. Aku tak tahu harus bagaimana mengenai itu, aku hanya membalas bahwa selama aku bisa menemukan lingkungan dan pekerjaan yang aku cari, aku inginkan, aku tak perlu repot2 untuk memutuskan tinggal di New Zealand, seperti yang kubilang tadi, aku anak rumahan, pikiranku untuk keluar negeri adalah untuk menjalani hidup disana, bukannya berpetualang. Tak ada yang benar2 tahu mengenai saran untuk masa depanku, bahkan ayahku sendiri, yang kukenal sebagai pemecah masalah nomor satu di dunia. Walaupun selama ini aku merasa perasaan kuat, bahwa apapun yang terjadi aku harus menyelesaikan kuliahku, dan menjalani rutinitas fitnesku. Aku juga merasa ada sesuatu yang aneh akan terjadi di masa depan. Entahlah, aku hanya bisa menunggu. :)

Aku dan keluarganya Pakde Mik(Mbak anin yang memakai baju garis2 di tengah) sehabis menonton film Negeri 5 Menara, film yang menginspirasi dan bagus sekali, kalian harus menontonnya. :D

4 komentar:

  1. wah, mau kerja di New Zealand ..
    enak ya ..
    tenang aja ddeh, jangan mikir yang macem2 bisa maksimal usahanya ..
    he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Amin Amin Amin, Doain ya, hehehe

      Hapus
  2. ini sudah lama ya ? negeri 5 menara kan film lama :)

    BalasHapus