Blogger Widgets

Senin, 21 November 2011

Sekilas tentang Filsafat Jaman Modern

Ajaran terpenting dari filsafat modern adalah rasionalisme dari Rene Descartes, empirisme dari David Hume, dan Rasionalisme kritis/Filsafat transendental yang menggabungkan rasionalisme dan empirisme dari Immanuel Kant

RASIONALISME

Rasionalisme adalah teori/paham yg menganggap bahwa pikiran dan akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem kebenaran yang lepas dari jangkauan indra dan lebih mengutamakan kemampuan akal daripada emosi, atau batin. Perkembangan pengetahuan mengenai rasionalisme ini mulai berkembang pesat pada abad ke-17.
Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, maka saya ada). Dengan cogito ergo sum-nya Descartes mengandaikan bahwa pikiran atau kesadaran akan melukiskan kenyataan diluar pikiran kita, dengan kata lain keadaan diluar pikiran atau kenyataan yang kita temui diluar pikiran adalah bersumber dari pikiran atau kesadaran diri kita. Dengan cara menyadari kesadaran diri kita sendiri maka kita akan mengenal dunia diluar diri kita. Descartes hanya berpijak kepada salah satu alat yaitu rasio, sementara alat yang lainnya seperti indra diabaikan. Descartes beranggapan bahwa hanya dengan rasio atau kesadaran (cogito) maka kita akan mengenali diri dan pikiran kita, sementara kenyataannya kita masih melihat adanya ada lain di alam kenyataan.
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778), Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), dan J.B. Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian, melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal. J.J. Rousseau adalah seorang tokoh pendidikan yang berpandangan bahwa seorang anak harus dididik sesuai dengan kemampuannya atau kesiapannya menerima pendidikan. J.J Rousseau meyakini kebenaran bahwa manusia terlahir dengan hak-hak yang secara kodrati melekat dalam dirinya. J.B. Basedow berpandangan bahwa pendidikan harus membentuk kebijaksanaan, kesusilaan, dan kebahagiaan.

EMPIRISME

Empirisme adalah aliran ilmu pengetahuan dan filsafat yang berdasarkan metode empiris, yaitu bahwa semua pengetahuan didapat dengan pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, dan dijadikan sebagai sumber pengetahuan karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman, dengan demikian kebenaran yang diperoleh bersifat aposteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).
Filsuf empirisme David Hume (1711-1776), melakukan pembedaan antara kesan dan ide. Kesan merupakan penginderaan langsung atas realitas lahiriah, sementara ide adalah ingatan atas kesan-kesan. Menurutnya, kesan selalu muncul lebih dahulu, sementara ide sebagai pengalaman langsung tidak dapat diragukan. Dengan kata lain, karena ide merupakan ingatan atas kesan-kesan, maka isi pikiran manusia tergantung kepada aktivitas inderanya. Hume seperti layaknya filsuf Empirisme lainnya menganut prinsip epistemologis yang berbunyi, “nihil est intelectu quod non antea fuerit in sensu” yang berarti, “tidak ada satu pun ada dalam pikiran yang tidak terlebih dahulu terdapat pada data-data inderawi”.
Tokoh-tokoh empirisme lainnya antara lain Francis Bacon (1561-1626), dan Thomas Hobbes (1588-1679). Francis Bacon telah meletakkan dasar-dasar empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui pengamatan dalam ekperimen serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen. Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik, karena merupakan bagian dari dunia, apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat diterangkan secara mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang sebagai penganjur materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan mempertahankan kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya ungkapan homo homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah serigala bagi manusia lain.

RASIONALISME KRITIS

Filsafat Kant (1724-1804) dirumuskan dalam perdebatan dua pandangan besar pada waktu itu, yakni rasionalisme dan empirisme, khususnya rasionalisme G.W. Leibniz (1646-1716), dan empirisme David Hume (1711-1776). Kant dipengaruhi oleh mereka, tetapi mengkritik kedua pemikiran filsuf ini untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan mereka, serta kemudian merumuskan pandangannya sendiri sebagai sintesis kritis dari keduanya, yakni filsafat transendental (transcendental philosophy). Dalam arti yang lebih luas, ia mau ‘melampaui’ posisi epistemologis dua paradigma yang saling beroposisi tersebut. Ini adalah intensi utama dari filsafat Kant, yakni sebuah tanggapan terhadap problem epistemologis yang terkait dengan proyek pencerahan yang mendominasi panggung filsafat abad ke delapan belas.
Filsafat transendental Kant bukan bertujuan untuk mengetahui objek pengalaman, melainkan bagaimana subjek (manusia) bisa mengalami dan mengetahui sesuatu. Filsafat transendental itu tidak memusatkan diri dengan urusan mengetahui dan mengumpulkan realitas kongkrit seperti misalnya pengetahuan tentang anatomi tubuh binatang, geografis, dll, melainkan bertujuan untuk mengetahui hukum-hukum yang mengatur pengalaman dan pemikiran manusia tentang anatomi tubuh binatang, dll. Hukum-hukum itu oleh Kant disebut hukum apriori (hukum yang dikonstruksi akal budi manusia) dan bukan aposteriori (hukum yang berdasarkan pengetahuan inderawi).
Tujuan utama dari filsafat Kant adalah untuk menunjukkan bahwa manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum yang bersifat apriori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum apriori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati nurani manusia. Kant menentang empirisme dan rasionalisme karena bagi Kant kedua pandangan tersebut haruslah dikombinasikan dalam satu bentuk sintesis filosofis yang sistematis.

1 komentar:

  1. makasih atas penejelasannya ... sangat membantu om ..!!!
    (kebetulan bahan FINAL besok membahas tentang ini)

    moga sukses dalam usahanya yah ... LANJUTKAN

    BalasHapus